Rabu, 24 September 2014

Tugas Cerpen Juru Masak Cipta Damhuri Muhammad



TUGAS   CERPEN  JURU  MASAK







SMAN 1 NGADIROJO
2014/2015





CERPEN JURU MASAK


CIPTA :  DAMHURI MUHAMMAD



           Perhelatan bisa kacau tanpa kehadiran lelaki itu. Gulai Kambing akan terasa hambar lantaran racikan bumbu tak meresap ke dalam daging. Kuah Gulai Kentang dan Gulai Rebung bakal encer karena keliru menakar jumlah kelapa parut hingga setiap menu masakan kekurangan santan. Akibatnya, berseraklah gunjing dan cela yang mesti ditanggung tuan rumah, bukan karena kenduri kurang meriah, tidak pula karena pelaminan tempat bersandingnya pasangan pengantin tak sedap dipandang mata, tapi karena macam-macam hidangan yang tersuguh tak menggugah selera. Nasi banyak gulai melimpah, tapi helat tak bikin kenyang. Ini celakanya bila Makaji, juru masak handal itu tak dilibatkan.


     Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji yang digelar dengan menyembelih tigabelas ekor kambing dan berlangsung selama tiga hari, tak berjalan mulus, bahkan hampir saja batal. Keluarga mempelai pria merasa dibohongi oleh keluarga mempelai wanita yang semula sudah berjanji bahwa semua urusan masak-memasak selama kenduri berlangsung akan dipercayakan pada Makaji, juru masak nomor satu di Lareh Panjang ini. Tapi, di hari pertama perhelatan, ketika rombongan keluarga mempelai pria tiba, Gulai Kambing, Gulai Nangka, Gulai Kentang, Gulai Rebung dan aneka hidangan yang tersaji ternyata bukan masakan Makaji. Mana mungkin keluarga calon besan itu bisa dibohongi? Lidah mereka sudah sangat terbiasa dengan masakan Makaji.


 “Kalau besok Gulai Nangka masih sehambar hari ini, kenduri tak usah dilanjutkan!” ancam Sutan Basabatuah, penghulu tinggi dari keluarga Rustamadji.

 “Apa susahnya mendatangkan Makaji?”

“Percuma bikin helat besar-besaran bila menu yang terhidang hanya bikin malu.”


             Begitulah pentingnya Makaji. Tanpa campur tangannya, kenduri terasa hambar, sehambar Gulai Kambing dan Gulai Rebung karena bumbu-bumbu tak diracik oleh tangan dingin lelaki itu. Sejak dulu, Makaji tak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah hajatan itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup menggelar syukuran seadanya. Makaji tak pilih kasih, meski ia satu-satunya juru masak yang masih tersisa di Lareh Panjang. Di usia senja, ia masih tangguh menahan kantuk, tangannya tetap gesit meracik bumbu, masih kuat ia berjaga semalam suntuk.


 “Separuh umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di kampung ini, bagaimana kalau tanggungjawab itu dibebankan pada yang lebih muda?” saran Azrial, putra sulung Makaji sewaktu ia pulang kampung enam bulan lalu.

“Mungkin sudah saatnya Ayah berhenti,”

“Belum! Akan Ayah pikul beban ini hingga tangan Ayah tak lincah lagi meracik bumbu,” balas Makaji waktu itu.

“Kalau memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau Ayah jadi juru masak di salah satu Rumah Makan milik saya di Jakarta? Saya tak ingin lagi berjauhan dengan Ayah,”


           Sejenak Makaji diam mendengar tawaran Azrial. Tabiat orangtua selalu begitu, walau terasa semanis gula, tak bakal langsung direguknya, meski sepahit empedu tidak pula buru-buru dimuntahkannya, mesti matang ia menimbang. Makaji memang sudah lama menunggu ajakan seperti itu. Orangtua mana yang tak ingin berkumpul dengan anaknya di hari tua? Dan kini, gayung telah bersambut, sekali saja ia mengangguk, Azrial segera memboyongnya ke rantau, Makaji tetap akan punya kesibukan di Jakarta, ia akan jadi juru masak di Rumah Makan milik anaknya sendiri.


 “Beri Ayah kesempatan satu kenduri lagi!”

“Kenduri siapa?” tanya Azrial.

“Mangkudun. Anak gadisnya baru saja dipinang orang. Sudah terlanjur Ayah sanggupi, malu kalau tiba-tiba dibatalkan,”

         Merah padam muka Azrial mendengar nama itu. Siapa lagi anak gadis Mangkudun kalau bukan Renggogeni, perempuan masa lalunya. Musabab hengkangnya ia dari Lareh Panjang tidak lain adalah Renggogeni, anak perempuan tunggal babeleng itu. Siapa pula yang tak kenal Mangkudun? Di Lareh Panjang, ia dijuluki tuan tanah, hampir sepertiga wilayah kampung ini miliknya. Sejak dulu, orang-orang Lareh Panjang yang kesulitan uang selalu beres di tangannya, mereka tinggal menyebutkan sawah, ladang atau tambak ikan sebagai agunan, dengan senang hati Mangkudun akan memegang gadaian itu.


       Masih segar dalam ingatan Azrial, waktu itu Renggogeni hampir tamat dari akademi perawat di kota, tak banyak orang Lareh Panjang yang bisa bersekolah tinggi seperti Renggogeni. Perempuan kuning langsat pujaan Azrial itu benar-benar akan menjadi seorang juru rawat. Sementara Azrial bukan siapa-siapa, hanya tamatan madrasah aliyah yang sehari-hari bekerja honorer sebagai sekretaris di kantor kepala desa. Ibarat emas dan loyang perbedaan mereka.


 “Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!” bentak Mangkudun, dan tak lama berselang berita ini berdengung juga di kuping Azrial.

 “Dia laki-laki taat, jujur, bertanggungjawab. Renggo yakin kami berjodoh,”

“Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial. Akan saya carikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”

“Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?”

“Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadi suamimu. Paham kau?”


             Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak berpembatang, tak ada yang bisa diandalkan. Tapi tidak patut rasanya Mangkudun memandangnya dengan sebelah mata. Maka, dengan berat hati Azrial melupakan Renggogeni. Ia hengkang dari kampung, pergi membawa luka hati. Awalnya ia hanya tukang cuci piring di Rumah Makan milik seorang perantau dari Lareh Panjang yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta. Sedikit demi sedikit dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada induk semang. Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi juragan, punya enam Rumah Makan dan duapuluh empat anak buah yang tiap hari sibuk melayani pelanggan. Barangkali, ada hikmahnya juga Azrial gagal mempersunting anak gadis Mangkudun. Kini, lelaki itu kerap disebut sebagai orang Lareh Panjang paling sukses di rantau. Itu sebabnya ia ingin membawa Makaji ke Jakarta. Lagi pula, sejak ibunya meninggal, ayahnya itu sendirian saja di rumah, tak ada yang merawat, adik-adiknya sudah terbang-hambur pula ke negeri orang. Meski hidup Azrial sudah berada, tapi ia masih saja membujang. Banyak yang ingin mengambilnya jadi menantu, tapi tak seorang perempuan pun yang mampu luluhkan hatinya. Mungkin Azrial masih sulit melupakan Renggogeni, atau jangan-jangan ia tak sungguh-sungguh melupakan perempuan itu.


             Kenduri di rumah Mangkudun begitu semarak. Dua kali meriam ditembakkan ke langit, pertanda dimulainya perhelatan agung. Tak biasanya pusaka peninggalan sesepuh adat Lareh Panjang itu dikeluarkan. Bila yang menggelar kenduri bukan orang berpengaruh seperti Mangkudun, tentu tak sembarang dipertontonkan. Para tetua kampung menyiapkan pertunjukan pencak guna menyambut kedatangan mempelai pria. Para pesilat turut ambil bagian memeriahkan pesta perkawinan anak gadis orang terkaya di Lareh Panjang itu. Maklumlah, menantu Mangkudun bukan orang kebanyakan, tapi perwira muda kepolisian yang baru dua tahun bertugas, anak bungsu pensiunan tentara, orang disegani di kampung sebelah. Kabarnya, Mangkudun sudah banyak membantu laki-laki itu, sejak dari sebelum ia lulus di akademi kepolisian hingga resmi jadi perwira muda. Ada yang bergunjing, perjodohan itu terjadi karena keluarga pengantin pria hendak membalas jasa yang dilakukan Mangkudun di masa lalu. Aih, perkawinan atas dasar hutang budi.


          Mangkudun benar-benar menepati janji pada Renggogeni, bahwa ia akan carikan jodoh yang sepadan dengan anak gadisnya itu, yang jauh lebih bermartabat. Tengoklah, Renggogeni kini tengah bersanding dengan Yusnaldi, perwira muda polisi yang bila tidak ‘macam-macam’ tentu karirnya lekas menanjak. Duh, betapa beruntungnya keluarga besar Mangkudun. Tapi, pesta yang digelar dengan menyembelih tiga ekor kerbau jantan dan tujuh ekor kambing itu tak begitu ramai dikunjungi. Orang-orang Lareh Panjang hanya datang di hari pertama, sekedar menyaksikan benda-benda pusaka adat yang dikeluarkan untuk menyemarakkan kenduri, setelah itu mereka berbalik meninggalkan helat, bahkan ada yang belum sempat mencicipi hidangan tapi sudah tergesa pulang.


 “Gulai Kambingnya tak ada rasa,” bisik seorang tamu.

“Kuah Gulai Rebungnya encer seperti kuah sayur Toge. Kembung perut kami dibuatnya,”

 “Dagingnya keras, tidak kempuh. Bisa rontok gigi awak dibuatnya,”

“Masakannya tak mengeyangkan, tak mengundang selera.”

“Pasti juru masaknya bukan Makaji!”


            Makin ke ujung, kenduri makin sepi. Rombongan pengantar mempelai pria diam-diam juga kecewa pada tuan rumah, karena mereka hanya dijamu dengan menu masakan yang asal-asalan, kurang bumbu, kuah encer dan daging yang tak kempuh. Padahal mereka bersemangat datang karena pesta perkawinan di Lareh Panjang punya keistimewaan tersendiri, dan keistimewaan itu ada pada rasa masakan hasil olah tangan juru masak nomor satu. Siapa lagi kalau bukan Makaji?


 “Kenapa Makaji tidak turun tangan dalam kenduri sepenting ini?” begitu mereka bertanya-tanya.

“Sia-sia saja kenduri ini bila bukan Makaji yang meracik bumbu,”

“Ah, menyesal kami datang ke pesta ini!”


       Dua hari sebelum kenduri berlangsung, Azrial, anak laki-laki Makaji, datang dari Jakarta. Ia pulang untuk menjemput Makaji. Kini, juru masak itu sudah berada di Jakarta, mungkin tak akan kembali, sebab ia akan menghabiskan hari tua di dekat anaknya. Orang-orang Lareh Panjang telah kehilangan juru masak handal yang pernah ada di kampung itu. Kabar kepergian Makaji sampai juga ke telinga pengantin baru Renggogeni. Perempuan itu dapat membayangkan betapa terpiuh-piuhnya perasaan Azrial setelah mendengar kabar kekasih pujaannya telah dipersunting lelaki lain.




Soal :

1.Tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita.Tema ini bersifat mengikat keseluruhan masalah yang ada dalam cerita.Untuk menemukan tema,terlebih dahulu harus diidentifikasi masalah yang ditemukan dalam cerita.Masalah ini yang kemudian menggiring pada penemuan tema tersebut.Lalu, dapatkah kalian mengidentifikasi masalah yang ada dalam cerpen “Juru Masak” tersebut ? Kemudian, apa tema yang “tersembunyi” di balik cerita pendek tersebut ?

Jawaban : Seorang  juru masak yang bimbang untuk menentukan pilihannya, antara ikut anaknya ke jakarta atau menepati janjinya kepada seorang saudagar tanah untuk memasak di acara pernikahan anak perempuannya/ Perjuangan Hidup.

2.Oleh para ahli sastra,istilah tokoh dan penokohan dalam sebuah cerita rekaan dianggap berbeda.Tokoh dalam cerita dimaksudkan untuk orang yang ditampikkan dalam suatu karya naratif yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.Sementara istilah penokohan merujuk pada pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.Penokohan yang kerap disebut sebagai karakter, adalah sikap ketertarikan, keinginan, emosi, dan perinsip moral yang dimiliki tokoh cerita.Dengan demikian, tokoh adalah orang yang melakukn perbuatan dan mengalami peristiwa dalam sebuah karya rekaan,sementara penokohan lebih mengacu pada pandangan, sifat, sikap, dan emosi yang dipunyai oleh tokoh dalam karya rekaan tersebut.Maka, siapa sajakah tokoh yang ada dalam cerpen “Juru Masak” tersebut dan bagaimanakah penokohan mereka ?

Jawaban :
1)   Makaji, adalah sosok bapak tua yang ramah dan sikap menolong pada siapa saja, tak pernah ia memilih. Keahliannya adalah memasak, dan sekaligis ia adalah sebagai kunci sebuah kehormatan pada pesta di kampungnya. Ketenarannya tak membuatnya naik derajatnya, sebab tetap saja miskin. Mengenai latar belakang budaya  termasuk asli Minangkabau, yang tinggal di sebuah kampung, Lerah Panjang.
 2)   Mangkudun adalah sosok setengah baya yang angkuh dan seorang yang kaya raya di kampung Lerah Panjang. Nyaris hampir semua tanah kampung Lerah Panjang adalah miliknya. Namun ketika martabat dan harga dirinya harus tercoreng tatkala pesta pernikahan puterinya nyaris gagal.
 3)  Azrial adalah putera bungsu makaji. Ia  sosok pemuda yang baik, jujur, dan ulet ini harus rela ia meranatu ke negeri orang untuk memendam lukanya (lamarannya ditolak) dan kemiskinan, namun karena keuletannya ia menjadi orang terkaya yang sukses di negeri rantau. Ia sama-sama berlatar belakang budaya Minang, kampung Lerah Panjang.
 4)   Renggogeni adalah mantan kekasih Azrial, dan puteri Mangkudun adalah sosok wanita yang baik dan penurut.   

3.Berdasarkan peranannya dalam cerita,tokoh terbagi atas tokoh utama atau tokoh sentral dan tokoh tambahan.Tokoh utama adalah tokoh yang berhubungan dengan setiap peristiwa dalam cerita.Tokoh ini selalu ada dan relevan dalam setiap peristiwa di sebuah cerita.Biasanya dalam sebuah cerita,tokoh utama ini mendominasi sebagian bersar cerita.Dia lebih sering diceritakan dibandingkan dengan tokoh tokoh lainnya.Dia juga diberi kesempatan lebih banyak untuk mengemukakan pendapat dan sikapnya.Sementara tokoh tambahan  adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang tokoh utama.Tokoh ini dimunculkan untuk memperkuat keberadaan tokoh utama.Kecenderungan jumlah tokoh tambahan yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan tokoh utama, membuat tokoh ini tidak diceritakan dan dibicarakan secara mendetail dalam cerita.

    Dengan demikian, para tokoh yang telah kalian sebutkan pada butir soal 2, siapa sajakah yang termasuk tokoh utama dan tokoh tambahan ? Berilah tanda  (Ö)  pada kolom jenis tokoh sesuai dengan peran tokoh masing masing.


NO
Nama Tokoh
Tokoh Utama
Tokoh Tambahan
1
Makaji
Ö

2
Azrial
Ö

3
Renggogeni
Ö

4
Mangkudun
Ö

5
Yusnaldi

Ö
6
Gentasari

Ö
7
Rustamadji

Ö

4.Apakah permasalahan yang dihadapi tokoh dalam cerpen? Dapatkah tokoh tersebut menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapinya ?

Jawaban :

Tokoh Azrial
Permasalahan : Patah hati karena Magkudun ayah dari Renggogeni tidak merestui hubungan mereka.
Solusi                : Akhirnya Azrial pergi mengadu nasib ke Jakarta.
Tokoh Makaji
Permasalahan : Bimbang antara ikut anaknya ke Jakarta atau menepati janjinya membuatkan makanan di  kenduri Mangkudun.
Solusi                : Ikut anaknya ke jakarta dan tidak memenuhi janjinya membuatkan masakan kenduri Mangkudun.
Tokoh Mangkudun
Permasalahan :Tidak mengizikan anaknya menikah dengan Azrial karena menurutnya keluarga Azrial tidak sederajad dengan keluarganya.
Solusi                  :Mangkudun menikahkan anaknya dengan laki laki lain yang menurutnya pantas bagi anaknya.

5. Sikap kewirausahaan apa yang dapat kalian teladani dari cerpen tersebut ?

Jawaban :  Kegigihan Azrial dalam membangun usahanya  yang semula ia hanya seorang pencuci piring di rumah makan.Hingga ia bisa memiliki enam buah rumah makan dan 24 karyawan.

6. Bagaimana pendapat kalian tentang perjuangan tokoh dalam cerita ini ?

Jawaban :  Patut dicontoh dan menjadi suri teladan dalam kehidupan sehari hari.Tentang Azrial seorang pria yang gigih,sabar dan pekarja keras tanpa mengenal lelah untuk mencapai kesuksesannya di tanah rantau.

7. Jika kelak kalian berprofesi sebagai pengusaha, apa yang harus kalian lakukan ketika menghadapi hambatan yang menghadang ?

Jawaban :  Harus banyak banyak berdoa dan bekerja keras.Sabar dan pantang menyerah dalam berusaha.Jangan sampai putus asa karena ada hambatan yang menghadang.

8.Jika kalian melakukan hal yang positif, tetapi hal tersebut begi sebagiam orang masih merupakan hal yang ganjil, contohnya kalian berjualan di sekolah,tetapi tidak menganggu kegiatan belajar, dan teman teman mencemoh kalian, bagaimana tanggapan kalian ?

Jawaban: Diamkan saja, yang terpenting apa yang saya lakukan tidak menganggu prestasi saya dan orang lain.

9.Bagaimana cara kalian menunjukkan simpati atau empati kepada teman yang sedang  mengalami kesulitan?

Jawaban:   Memberikan  banyak dukungan agar tetap semangat dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan hidup mereka.

10.Jika teman kalian meraih sukses, apa yang akan kalian lakukan ?

Jawaban:  Menjadikannya motivasi hidup.Jika dia bisa mengapa saya tidak.

18 komentar:

 
Kunci Dunia Kecilku Blogger Template by Ipietoon Blogger Template