SMAN 1 NGADIROJO
2014/2015
CERPEN
JURU MASAK
CIPTA : DAMHURI MUHAMMAD
Beberapa tahun
lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji yang digelar dengan
menyembelih tigabelas ekor kambing dan berlangsung selama tiga hari, tak
berjalan mulus, bahkan hampir saja batal. Keluarga mempelai pria merasa
dibohongi oleh keluarga mempelai wanita yang semula sudah berjanji bahwa semua
urusan masak-memasak selama kenduri berlangsung akan dipercayakan pada Makaji,
juru masak nomor satu di Lareh Panjang ini. Tapi, di hari pertama perhelatan,
ketika rombongan keluarga mempelai pria tiba, Gulai Kambing, Gulai Nangka,
Gulai Kentang, Gulai Rebung dan aneka hidangan yang tersaji ternyata bukan
masakan Makaji. Mana mungkin keluarga calon besan itu bisa dibohongi? Lidah
mereka sudah sangat terbiasa dengan masakan Makaji.
“Kalau besok Gulai
Nangka masih sehambar hari ini, kenduri tak usah dilanjutkan!” ancam Sutan
Basabatuah, penghulu tinggi dari keluarga Rustamadji.
“Apa susahnya
mendatangkan Makaji?”
“Percuma bikin helat besar-besaran bila menu yang terhidang
hanya bikin malu.”
Begitulah
pentingnya Makaji. Tanpa campur tangannya, kenduri terasa hambar, sehambar
Gulai Kambing dan Gulai Rebung karena bumbu-bumbu tak diracik oleh tangan
dingin lelaki itu. Sejak dulu, Makaji tak pernah keberatan membantu keluarga
mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah hajatan itu
orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup
menggelar syukuran seadanya. Makaji tak pilih kasih, meski ia satu-satunya juru
masak yang masih tersisa di Lareh Panjang. Di usia senja, ia masih tangguh
menahan kantuk, tangannya tetap gesit meracik bumbu, masih kuat ia berjaga
semalam suntuk.
“Separuh umur Ayah
sudah habis untuk membantu setiap kenduri di kampung ini, bagaimana kalau
tanggungjawab itu dibebankan pada yang lebih muda?” saran Azrial, putra sulung
Makaji sewaktu ia pulang kampung enam bulan lalu.
“Mungkin sudah saatnya Ayah berhenti,”
“Belum! Akan Ayah pikul beban ini hingga tangan Ayah tak
lincah lagi meracik bumbu,” balas Makaji waktu itu.
“Kalau memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau
Ayah jadi juru masak di salah satu Rumah Makan milik saya di Jakarta? Saya tak
ingin lagi berjauhan dengan Ayah,”
Sejenak
Makaji diam mendengar tawaran Azrial. Tabiat orangtua selalu begitu, walau
terasa semanis gula, tak bakal langsung direguknya, meski sepahit empedu tidak
pula buru-buru dimuntahkannya, mesti matang ia menimbang. Makaji memang sudah
lama menunggu ajakan seperti itu. Orangtua mana yang tak ingin berkumpul dengan
anaknya di hari tua? Dan kini, gayung telah bersambut, sekali saja ia
mengangguk, Azrial segera memboyongnya ke rantau, Makaji tetap akan punya
kesibukan di Jakarta, ia akan jadi juru masak di Rumah Makan milik anaknya
sendiri.
“Beri Ayah kesempatan
satu kenduri lagi!”
“Kenduri siapa?” tanya Azrial.
“Mangkudun. Anak gadisnya baru saja dipinang orang. Sudah
terlanjur Ayah sanggupi, malu kalau tiba-tiba dibatalkan,”
Merah padam
muka Azrial mendengar nama itu. Siapa lagi anak gadis Mangkudun kalau bukan Renggogeni,
perempuan masa lalunya. Musabab hengkangnya ia dari Lareh Panjang tidak lain
adalah Renggogeni, anak perempuan tunggal babeleng itu. Siapa pula yang tak
kenal Mangkudun? Di Lareh Panjang, ia dijuluki tuan tanah, hampir sepertiga
wilayah kampung ini miliknya. Sejak dulu, orang-orang Lareh Panjang yang
kesulitan uang selalu beres di tangannya, mereka tinggal menyebutkan sawah,
ladang atau tambak ikan sebagai agunan, dengan senang hati Mangkudun akan
memegang gadaian itu.
Masih segar
dalam ingatan Azrial, waktu itu Renggogeni hampir tamat dari akademi perawat di
kota, tak banyak orang Lareh Panjang yang bisa bersekolah tinggi seperti
Renggogeni. Perempuan kuning langsat pujaan Azrial itu benar-benar akan menjadi
seorang juru rawat. Sementara Azrial bukan siapa-siapa, hanya tamatan madrasah
aliyah yang sehari-hari bekerja honorer sebagai sekretaris di kantor kepala
desa. Ibarat emas dan loyang perbedaan mereka.
“Bahkan bila ia jadi
kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!” bentak
Mangkudun, dan tak lama berselang berita ini berdengung juga di kuping Azrial.
“Dia laki-laki taat,
jujur, bertanggungjawab. Renggo yakin kami berjodoh,”
“Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan
Azrial. Akan saya carikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”
“Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?”
“Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadi
suamimu. Paham kau?”
Derajat
keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak
berpembatang, tak ada yang bisa diandalkan. Tapi tidak patut rasanya Mangkudun
memandangnya dengan sebelah mata. Maka, dengan berat hati Azrial melupakan
Renggogeni. Ia hengkang dari kampung, pergi membawa luka hati. Awalnya ia hanya
tukang cuci piring di Rumah Makan milik seorang perantau dari Lareh Panjang
yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta. Sedikit demi sedikit dikumpulkannya
modal, agar tidak selalu bergantung pada induk semang. Berkat kegigihan dan
kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi juragan, punya enam
Rumah Makan dan duapuluh empat anak buah yang tiap hari sibuk melayani
pelanggan. Barangkali, ada hikmahnya juga Azrial gagal mempersunting anak gadis
Mangkudun. Kini, lelaki itu kerap disebut sebagai orang Lareh Panjang paling
sukses di rantau. Itu sebabnya ia ingin membawa Makaji ke Jakarta. Lagi pula,
sejak ibunya meninggal, ayahnya itu sendirian saja di rumah, tak ada yang
merawat, adik-adiknya sudah terbang-hambur pula ke negeri orang. Meski hidup
Azrial sudah berada, tapi ia masih saja membujang. Banyak yang ingin
mengambilnya jadi menantu, tapi tak seorang perempuan pun yang mampu luluhkan
hatinya. Mungkin Azrial masih sulit melupakan Renggogeni, atau jangan-jangan ia
tak sungguh-sungguh melupakan perempuan itu.
Kenduri
di rumah Mangkudun begitu semarak. Dua kali meriam ditembakkan ke langit,
pertanda dimulainya perhelatan agung. Tak biasanya pusaka peninggalan sesepuh
adat Lareh Panjang itu dikeluarkan. Bila yang menggelar kenduri bukan orang
berpengaruh seperti Mangkudun, tentu tak sembarang dipertontonkan. Para tetua
kampung menyiapkan pertunjukan pencak guna menyambut kedatangan mempelai pria.
Para pesilat turut ambil bagian memeriahkan pesta perkawinan anak gadis orang
terkaya di Lareh Panjang itu. Maklumlah, menantu Mangkudun bukan orang
kebanyakan, tapi perwira muda kepolisian yang baru dua tahun bertugas, anak
bungsu pensiunan tentara, orang disegani di kampung sebelah. Kabarnya,
Mangkudun sudah banyak membantu laki-laki itu, sejak dari sebelum ia lulus di
akademi kepolisian hingga resmi jadi perwira muda. Ada yang bergunjing,
perjodohan itu terjadi karena keluarga pengantin pria hendak membalas jasa yang
dilakukan Mangkudun di masa lalu. Aih, perkawinan atas dasar hutang budi.
Mangkudun
benar-benar menepati janji pada Renggogeni, bahwa ia akan carikan jodoh yang
sepadan dengan anak gadisnya itu, yang jauh lebih bermartabat. Tengoklah,
Renggogeni kini tengah bersanding dengan Yusnaldi, perwira muda polisi yang
bila tidak ‘macam-macam’ tentu karirnya lekas menanjak. Duh, betapa
beruntungnya keluarga besar Mangkudun. Tapi, pesta yang digelar dengan
menyembelih tiga ekor kerbau jantan dan tujuh ekor kambing itu tak begitu ramai
dikunjungi. Orang-orang Lareh Panjang hanya datang di hari pertama, sekedar
menyaksikan benda-benda pusaka adat yang dikeluarkan untuk menyemarakkan
kenduri, setelah itu mereka berbalik meninggalkan helat, bahkan ada yang belum
sempat mencicipi hidangan tapi sudah tergesa pulang.
“Gulai Kambingnya tak
ada rasa,” bisik seorang tamu.
“Kuah Gulai Rebungnya encer seperti kuah sayur Toge. Kembung
perut kami dibuatnya,”
“Dagingnya keras,
tidak kempuh. Bisa rontok gigi awak dibuatnya,”
“Masakannya tak mengeyangkan, tak mengundang selera.”
“Pasti juru masaknya bukan Makaji!”
Makin ke
ujung, kenduri makin sepi. Rombongan pengantar mempelai pria diam-diam juga
kecewa pada tuan rumah, karena mereka hanya dijamu dengan menu masakan yang
asal-asalan, kurang bumbu, kuah encer dan daging yang tak kempuh. Padahal
mereka bersemangat datang karena pesta perkawinan di Lareh Panjang punya
keistimewaan tersendiri, dan keistimewaan itu ada pada rasa masakan hasil olah
tangan juru masak nomor satu. Siapa lagi kalau bukan Makaji?
“Kenapa Makaji tidak
turun tangan dalam kenduri sepenting ini?” begitu mereka bertanya-tanya.
“Sia-sia saja kenduri ini bila bukan Makaji yang meracik
bumbu,”
“Ah, menyesal kami datang ke pesta ini!”
Dua hari
sebelum kenduri berlangsung, Azrial, anak laki-laki Makaji, datang dari
Jakarta. Ia pulang untuk menjemput Makaji. Kini, juru masak itu sudah berada di
Jakarta, mungkin tak akan kembali, sebab ia akan menghabiskan hari tua di dekat
anaknya. Orang-orang Lareh Panjang telah kehilangan juru masak handal yang
pernah ada di kampung itu. Kabar kepergian Makaji sampai juga ke telinga
pengantin baru Renggogeni. Perempuan itu dapat membayangkan betapa
terpiuh-piuhnya perasaan Azrial setelah mendengar kabar kekasih pujaannya telah
dipersunting lelaki lain.
Soal :
1.Tema merupakan
makna keseluruhan yang didukung cerita.Tema ini bersifat mengikat keseluruhan
masalah yang ada dalam cerita.Untuk menemukan tema,terlebih dahulu harus
diidentifikasi masalah yang ditemukan dalam cerita.Masalah ini yang kemudian
menggiring pada penemuan tema tersebut.Lalu, dapatkah kalian mengidentifikasi
masalah yang ada dalam cerpen “Juru Masak” tersebut ? Kemudian, apa tema yang
“tersembunyi” di balik cerita pendek tersebut ?
Jawaban : Seorang juru masak yang bimbang untuk menentukan
pilihannya, antara ikut anaknya ke jakarta atau menepati janjinya kepada
seorang saudagar tanah untuk memasak di acara pernikahan anak perempuannya/
Perjuangan Hidup.
2.Oleh para ahli
sastra,istilah tokoh dan penokohan dalam sebuah cerita rekaan dianggap
berbeda.Tokoh dalam cerita dimaksudkan untuk orang yang ditampikkan dalam suatu
karya naratif yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang
dilakukan dalam tindakan.Sementara istilah penokohan merujuk pada pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
cerita.Penokohan yang kerap disebut sebagai karakter, adalah sikap
ketertarikan, keinginan, emosi, dan perinsip moral yang dimiliki tokoh
cerita.Dengan demikian, tokoh adalah orang yang melakukn perbuatan dan
mengalami peristiwa dalam sebuah karya rekaan,sementara penokohan lebih mengacu
pada pandangan, sifat, sikap, dan emosi yang dipunyai oleh tokoh dalam karya
rekaan tersebut.Maka, siapa sajakah tokoh yang ada dalam cerpen “Juru Masak”
tersebut dan bagaimanakah penokohan mereka ?
Jawaban :
1) Makaji, adalah sosok
bapak tua yang ramah dan sikap menolong pada siapa saja, tak pernah ia memilih.
Keahliannya adalah memasak, dan sekaligis ia adalah sebagai kunci sebuah
kehormatan pada pesta di kampungnya. Ketenarannya tak membuatnya naik
derajatnya, sebab tetap saja miskin. Mengenai latar belakang budaya termasuk asli Minangkabau, yang tinggal di
sebuah kampung, Lerah Panjang.
2) Mangkudun adalah sosok setengah baya yang
angkuh dan seorang yang kaya raya di kampung Lerah Panjang. Nyaris hampir semua
tanah kampung Lerah Panjang adalah miliknya. Namun ketika martabat dan harga
dirinya harus tercoreng tatkala pesta pernikahan puterinya nyaris gagal.
3) Azrial adalah putera bungsu makaji. Ia sosok pemuda yang baik, jujur, dan ulet ini
harus rela ia meranatu ke negeri orang untuk memendam lukanya (lamarannya
ditolak) dan kemiskinan, namun karena keuletannya ia menjadi orang terkaya yang
sukses di negeri rantau. Ia sama-sama berlatar belakang budaya Minang, kampung
Lerah Panjang.
4) Renggogeni adalah mantan kekasih Azrial, dan
puteri Mangkudun adalah sosok wanita yang baik dan penurut.
3.Berdasarkan
peranannya dalam cerita,tokoh terbagi atas tokoh utama atau tokoh sentral dan
tokoh tambahan.Tokoh utama adalah tokoh yang berhubungan dengan setiap
peristiwa dalam cerita.Tokoh ini selalu ada dan relevan dalam setiap peristiwa
di sebuah cerita.Biasanya dalam sebuah cerita,tokoh utama ini mendominasi
sebagian bersar cerita.Dia lebih sering diceritakan dibandingkan dengan tokoh
tokoh lainnya.Dia juga diberi kesempatan lebih banyak untuk mengemukakan
pendapat dan sikapnya.Sementara tokoh tambahan
adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi
kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang tokoh utama.Tokoh ini
dimunculkan untuk memperkuat keberadaan tokoh utama.Kecenderungan jumlah tokoh
tambahan yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan tokoh utama, membuat
tokoh ini tidak diceritakan dan dibicarakan secara mendetail dalam cerita.
Dengan demikian,
para tokoh yang telah kalian sebutkan pada butir soal 2, siapa sajakah yang
termasuk tokoh utama dan tokoh tambahan ? Berilah tanda (Ö)
pada kolom jenis tokoh sesuai dengan
peran tokoh masing masing.
NO
|
Nama Tokoh
|
Tokoh Utama
|
Tokoh Tambahan
|
1
|
Makaji
|
Ö
|
|
2
|
Azrial
|
Ö
|
|
3
|
Renggogeni
|
Ö
|
|
4
|
Mangkudun
|
Ö
|
|
5
|
Yusnaldi
|
Ö
|
|
6
|
Gentasari
|
Ö
|
|
7
|
Rustamadji
|
Ö
|
4.Apakah
permasalahan yang dihadapi tokoh dalam cerpen? Dapatkah tokoh tersebut
menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapinya ?
Jawaban :
Tokoh
Azrial
Permasalahan : Patah hati karena
Magkudun ayah dari Renggogeni tidak merestui hubungan mereka.
Solusi : Akhirnya Azrial pergi mengadu
nasib ke Jakarta.
Tokoh
Makaji
Permasalahan : Bimbang antara ikut
anaknya ke Jakarta atau menepati janjinya membuatkan makanan di kenduri Mangkudun.
Solusi : Ikut anaknya ke jakarta dan
tidak memenuhi janjinya membuatkan masakan kenduri Mangkudun.
Tokoh
Mangkudun
Permasalahan :Tidak mengizikan anaknya
menikah dengan Azrial karena menurutnya keluarga Azrial tidak sederajad dengan
keluarganya.
Solusi :Mangkudun menikahkan anaknya
dengan laki laki lain yang menurutnya pantas bagi anaknya.
5. Sikap
kewirausahaan apa yang dapat kalian teladani dari cerpen tersebut ?
Jawaban : Kegigihan Azrial dalam
membangun usahanya yang semula ia hanya
seorang pencuci piring di rumah makan.Hingga ia bisa memiliki enam buah rumah
makan dan 24 karyawan.
6. Bagaimana
pendapat kalian tentang perjuangan tokoh dalam cerita ini ?
Jawaban : Patut dicontoh dan
menjadi suri teladan dalam kehidupan sehari hari.Tentang Azrial seorang pria
yang gigih,sabar dan pekarja keras tanpa mengenal lelah untuk mencapai
kesuksesannya di tanah rantau.
7. Jika kelak
kalian berprofesi sebagai pengusaha, apa yang harus kalian lakukan ketika
menghadapi hambatan yang menghadang ?
Jawaban : Harus banyak banyak
berdoa dan bekerja keras.Sabar dan pantang menyerah dalam berusaha.Jangan
sampai putus asa karena ada hambatan yang menghadang.
8.Jika kalian
melakukan hal yang positif, tetapi hal tersebut begi sebagiam orang masih
merupakan hal yang ganjil, contohnya kalian berjualan di sekolah,tetapi tidak
menganggu kegiatan belajar, dan teman teman mencemoh kalian, bagaimana
tanggapan kalian ?
Jawaban:
Diamkan saja, yang terpenting apa yang saya lakukan tidak menganggu prestasi
saya dan orang lain.
9.Bagaimana cara
kalian menunjukkan simpati atau empati kepada teman yang sedang mengalami kesulitan?
Jawaban: Memberikan banyak dukungan agar tetap semangat dan tidak
mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan hidup mereka.
10.Jika teman
kalian meraih sukses, apa yang akan kalian lakukan ?
Jawaban: Menjadikannya motivasi hidup.Jika dia bisa
mengapa saya tidak.
thanks bgt ^^
BalasHapusmembantu banget :3
BalasHapusthanks jawabannya
BalasHapusTerima kasih atas jawabannya
BalasHapusMakasih bangett 😙😙😙
BalasHapusMakasih bangett 😙😙😙
BalasHapusThanks gan prku jadi terselesaikan
BalasHapusthanks gan pr saya jadi terselesaikan
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusArigatho ghozaimasitha...
BalasHapusReyhan
BalasHapusReyhan
BalasHapusThnx sangat membantu admin..
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapussangat membantu
BalasHapusMakasih bangettt😂
BalasHapusArigatou
BalasHapusThankss,jawabanx sangat membantu skli
BalasHapus